Salah satu efek extra finishing dalam dunia percetakan yaitu emboss & deboss. Emboss merupakan sebuah proses akhir setelah cetak yang membuat hasil cetak timbul keluar. Sementara deboss membuat hasil cetak masuk ke dalam.
Cetakan emboss berasal dari logam yang dihasilkan melalui proses cukil yang disebut klise. Cetakan itu terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang menonjol dan bagian yang cekung ke dalam. Selanjutnya media cetak yang akan di emboss diletakkan di antara cetakan yang menonjol dan cekung.
Sebaliknya, deboss yang memberi hasil akhir berupa hasil cetak yang masuk ke dalam dilakukan dengan cara yang sama dengan emboss namun dengan menukar posisi cetakannya, yaitu bagian yang menonjol dan cekung. Ketinggian ataupun kedalaman dari emboss atau deboss dapat diatur sesuai kebutuhan. Kertas dengan gramatur yang lebih besar akan menimbulkan efek emboss dan deboss yang lebih jelas.
Proses emboss dan deboss ini dapat dilakukan dengan menggunakan mesin (digital embossing) dan manual. Namun saat ini telah ditemukan inovasi baru dalam membuat emboss & deboss yaitu menggunakan chemical embossing atau yang disebut efek kulit jeruk. Cara ini merupakan teknik cetak offset dengan menggunakan 3 tahap pelapisan yang dilakukan secara bersamaan pada 1 mesin (inline), yaitu dengan memadukan antara tinta proses UV CMYK (Cyan, Magenta, Yellow,danBlack) yang kemudian dilapisi tinta UV khusus atau OP varnish (overprint varnish), pada area cetak tertentu. Setelah kering seluruh media cetak dilapisi lagi dengan UV varnish atau gloss varnish dan kemudian dikeringkan kembali secara bersamaan dengan lampu ultra violet (UV Lamp).
Proses lebih detail dari emboss dan deboss.
Cetakan atau acuan cetak untuk membuat emboss terbuat dari 2 lempeng baja atau kuningan yang tebalnya 16 hingga 18 mm atau bisa juga setinggi huruf (huruf Belanda tingginya 66, 047 point = ± 2, 476 cm). Bila dibuat lempengan setebal 16 mm, maka untuk menyamakan tingginya dengan tinggi huruf ditambahkan batang kayu dan karton.
Selanjutnya adalah proses pengetsaan dengan bahan-bahan kimia dan peralatan mesin frais. Acuan cetak yang dibutuhkan terdiri dari 2 klise yaitu stempel (gambar yang melekuk kedalam disebut juga klise betina) dan Patris (gambar yang menonjol disebut juga klise jantan). Cetak emboss tidak menggunakan rol tinta atau tanpa penintaan karena itu cetak ini juga disebut cetak buta.
Klise betina (stempel) yang mempunyai gambar cekung ke dalam, dibuat pada sebilah lempengan papan kayu yang sebelumnya dibuat gambar diatas papan tersebut. Kemudian gambar itu dikerat atau dipahat sehingga membentuk suatu acuan cetak dengan gambar yang cekung ke dalam.
Selanjutnya adalah menyiapkan patris atau cetakan lawan dari acuan cetak betina, yaitu acuan cetak jantan. Selanjutnya dengan perekat yang mengandung sedikit air karton manila setebal ± ½ mm direkatkan pada degel. Ukurannya lebih besar sedikit daripada stempelnya pada degel. Kabur batu (gips) diaduk dan dicampurkan dengan larutan gom arab sehingga terjadi campuran seperti bubur yang cukup kental. Lapisan campuran itu kira-kira setebal 3 mm diratakan di atas karton.
Lapisan itu kemudian ditutup dengan kertas sutra dan dioles sedikit dengan minyak untuk mencegah bubur menempel pada stempel. Klise betina ditutup pada bingkai dan dicetakkan tepat pada lapisan bubur dengan tekanan cetak yang ringan dan secara perlahan ke tekanan cetak yang berat.
Bubur yang ditutup dengan kertas sutra tadi akan tertekan ke dalam bagian-bagian stempel yang mendalam dan terbentuklah suatu gambar cetak lawan (patris) dari stempelnya. Proses ini kemudian disempurnakan dengan menambah bubur pada bagian-bagian yang kurang tajam, jangan lupa tutup lagi dengan kertas sutra, bila ketajaman sudah cukup, maka mesin didiamkan dalam keadaan mencetak hingga bubur patris mengering. Untuk tahap akhir, singkirkan bubur yang tak terpakai di pinggir-pinggir patris.
Seperti inilah proses emboss.